KERAJINAN, KULINER DAN PENGOBATAN TRADISIONAL
ꦏꦼꦫꦗꦶꦤꦤ꧀ꦏꦸꦭꦶꦤꦺꦂꦥꦼꦔꦺꦴꦧꦠ꧀ꦠꦤ꧀ꦠꦿꦢꦶꦱꦶꦪꦺꦴꦤꦭ꧀
Di sepanjang jalan memasuki desa Guwasari Pajangan Bantul, banyak kita temui warung yang menyediakan menu ingkung ayam. Tidak heran karena desa ini merupakan sentra Ingkung Ayam. Dalam satu desa terdapat 18 usaha warung ingkung ayam.
Ingkung merupakan ayam yang dimasak dan disajikan secara utuh, Ingkung biasanya disajikan dengan nasi gurih dan dijadikan sebagai ubo rampe suatu perhelatan tertentu. Namun kini masakan ingkung bisa kita temui di mana saja.
Menu ingkung yang disediakan bervariasi rasanya, yaitu original, rica-rica dan bakar. Harga satu porsi ingkung mulai dari Rp 120.000 bisa untuk 2-3 orang. Disajikan dengan lalapan dan sambal, untuk nasi kita bisa memilih nasi putih biasa atau nasi gurih. Ayamnya yang empuk dan gurihnya yang meresap hingga ke tulang-tulangnya membuat warung ini selalu didatangi oleh pelanggannya.
https://gudeg.net/read/11578/guwosari-desa-sentra-ingkung-di-bantul.html
Di sepanjang jalan memasuki desa Guwasari Pajangan Bantul, banyak kita temui warung yang menyediakan menu ingkung ayam. Tidak heran karena desa ini merupakan sentra Ingkung Ayam. Dalam satu desa terdapat 18 usaha warung ingkung ayam.
Ingkung merupakan ayam yang dimasak dan disajikan secara utuh, Ingkung biasanya disajikan dengan nasi gurih dan dijadikan sebagai ubo rampe suatu perhelatan tertentu. Namun kini masakan ingkung bisa kita temui di mana saja.
https://gudeg.net/read/11578/guwosari-desa-sentra-ingkung-di-bantul.html
Pemerintah Kalurahan Guwosari Pajangan Bantul mengadakan Gelar Potensi Desa Mandiri Pangan, sarasehan serta rencana tindak lanjut program ketahanan pangan Lumbung Mataram di Taman Banjaran.
Tersedia pula lahan untuk belajar bercocok tanam yang bisa dipakai oleh wisatawan dengan bimbingan KWT dan petani setempat. Keseluruhan kegiatan di Lumbung Mataraman dikelola oleh Badan Usaha Milik Kalurahan (BUMKal) Guwosari.
https://koranbernas.id/lumbung-mataraman-guwosari-bantul-resmi-dibuka
Seorang Ketua RT di Pedukuhan Santan, Kalurahan Guwosari, Kapanewon Pajangan, Kabupaten Bantul membuat inovasi agar kegiatan masyarakat tidak bergantung pada iuran kas RT. Caranya dengan menanam ratusan pohon pisang kepok kuning hingga membuat olahan dari pisang tersebut untuk mendulang rupiah
salah satu sudut di Santan, Guwosari, Pajangan tampam penuh dengan ratusan pohon pisang. Tampak pula di dekat pohon pisang tersebut ada drum plastik, lampu penerangan, hingga beberapa selang yang memanjang di kebun tersebut.
Selanjutnya, tepat di seberang kebun pisang itu terdapat bangunan bercat hijau dengan dinding yang tertempel pelakat bertuliskan 'rumah produksi olahan pisang'. Masuk ke dalam rumah tersebut, beberapa orang baik pemuda hingga orang tua tengah membuat cookies dengan bahan baku tepung pisang.
UKM di dusun Kembanggede guwosari mampu memproduksi minimal hingga 100 kilogram ikan wader perhari. dengan kapasitas tersebut setidaknya UKM yang beranggotakan 5 orang mendapatkan omset dari hasil penjualan wader sebesar 8 juta perhari.
https://jogja.antaranews.com/berita/303503/ukm-bantul-produksi-wader-goreng-100-kilogram-per-hari
Blangkon Raksasa kini siap menyambut pengunjung kawan wisata Gua Selarong, Guwosari Pajangan. Tepatnya di depan pintu masuk komplek yang dulu sempat digunakan Pangeran Diponegoro sebagai markas saat perang Jawa 1825-1830.Lurah Guwosari Muh. Suharto menjelaskan, dalam rangka hari ke-69 Desa Guwosari dan Gerebeg Selarong ke-9, Pemerintah Desa bersama karangtaruna Dipo Ratna Muda menggelar sejumlah kegiatan yang dipusatkan di Lapangan Parkir Gua Selarong. Pemilihan blangkon raksasa sebagai maskot Grebeg Selarong kali ini menurutnya karena tutup kepala khas Jawa tersebut merupakan salah satu hasil kerajinan yang dimiliki oleh desa tersebut. "Di Guwosari ada perajinnya, Karang Taruna sebagai pelaksana pembuatannya," tuturnya.Menurutnya, blangkon adalah salah satu kelengkapan pakaian tradisional Jawa yang mencerminkan wisata budaya yang ditawarkan oleh Gua Selarong, belangkon dipilih menurutnya juga sebagai bentuk dukungan terhadap keistimewaan DIY. "Yang jelas tujuannya mengangkat pariwisata Gua Selarong sehingga bisa menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara," terangnya.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Alma Ata (UAA) bekerja sama dengan Kalurahan Guwosari melalui Program Matching Fund 2022 untuk menyelenggarakan program pengembangan pusat wisata kuliner edukasi keluarga di kawasan wisata Banjaran, Guwosari. Salah satu program yang dilaksanakan yaitu 'Pendampingan Inovasi Produk Olahan Buah Sawo Dusun Kembang Putihan Sebagai Oleh-Oleh Khas Desa Wisata Banjaran'. Tujuan utama dari inovasi produk yaitu memenuhi permintaan pasar sehingga dapat digunakan sebagai keunggulan bersaing bagi perusahaan dan akan menjadi salah satu keunggulan kompetitif terhadap kinerja pemasaran.
Pasca pandemi mereda, Sumaryadi kembali gigih memasarkan Blangkon bikinannya. Pelan tapi pasti, pasar kembali diraih YAD Blangkon. Hingga kemudian ia pernah memperoleh pesanan sebanyak 3.000 unit Blangkon dari Malaysia.
Pesanan yang banyak berdampak pada volume pekerjaan yang ditanggung karyawan. Mereka cukup kewalahan. Pendiri YAD Blangkon memutar otak guna menyelesaikan pesanan yang melampaui kapasitas karyawan.
Sumaryadi kemudian merintis jejaring dengan pengrajin yang memiliki produk serupa. Komunitas yang berhasil dibentuk sekarang bisa diandalkan. Apabila kuantitas pesanan naik signifikan, Sumaryadi tinggal memesan ke pengrajin lain.
“Pasar luar negeri akan terus kami tembus. Selain sembari turut melestarikan busana daerah, kami juga berniat mengenalkannya secara luas ke berbagai negara,”
https://kabarhandayani.com/pengrajin-blangkon-bantul-produk-lokal-raih-pasar-global/
Produk kerajinan yang dibuat dari tempurung kepala dari padukuhan santan berhasil dijual di daerah di luar jawa. Konsumen ada yang dari wilayah jawa tengah, yang diluar jawa meliputi NTT, Kalimantan, dan sumatera. macam macam kerajinan yang diproduksi antara lain mangkok, cangkir, kap lampu, sendok, garpu, serta celengan.
https://jogja.antaranews.com/berita/303475/kerajinan-batok-bantul-dijual-ke-luar-jawa
SELAMA masa Lebaran, kuliner khas Bantul kebanjiran pengunjung. Rata-rata pengunjung berasal dari luar kota yang ingin bersilaturahmi sekaligus berwisata kuliner khas Bantul. Rata-rata selama lebaran, Warung Ndeso menghabiskan sekitar 100-150 ingkung dan 60 kg beras dan 10 kg manggar untuk gudeg manggar. Padahal, hari biasa maksimal hanya menghabiskan 50 ingkung ayam dan 30 kg beras.
Kebanyakan pengunjung ingkung berasal dari luar kota, seperti Jakarta, Surabaya, Malang, Tangerang, dan sebagainya. Mereka penasaran menikmati ayam olahan khas Bantul.
jadwal kegiatan terbagi dalam empat gelombang, gelombang pertama berlangsung pada 5-9 Juni 2024, gelombang kedua, 7-11 Juni 2024, gelombang tiga, 9-13 Juni 2024, dan gelombang empat,11-15 Juni 2024. Ketika tiba di Yogyakarta peserta didik kegiatan hari pertama di Dusun Santan, Guwosari Bantul. Mereka diperkenalkan dengan gaya hidup masyarakat lokal, seperti berkeliling desa mengendarai sepeda, belajar kerajinan batok dan membatik, berfoto dengan berbusana daerah, dan berkegiatan sosial dengan berbagi kepada penduduk lanjut usia. Pada hari-hari selanjutnya, para peserta melakukan perjalanan wisata edukatif.
Pilihan saya mengolah tempurung kelapa karena saya melihat tempurung ini banyak disekitar kita dan selama ini sedikit sekali yang memanfaatkan bahkan cenderung dianggap tidak berharga, dibuang begitu saja dianggap sampah. Kenapa tidak kita olah menjadi benda yang lebih bernilai, lebih berharga, lebih bermanfaat. Awalnya saat saya memulai tahun 1991, saya kerap menerima cibiran dan dinilai hanya membuang-buang waktu. Namun semua cacian saya jadikan sebagai motivasi untuk terus berkarya.
Ya Asia dan Eropa, dari tahun 2001 Jepang sampai sekarang masih order. Untuk Eropa negara Jerman, Kanada, Perancis, Spanyol. Tahun 1995 lewat Apikri ada buyer dari Kanada. Orang Kanada dan Apikri datang ke sini terus kita mecoba membikin produk itu. Akhirnya booming tahun 1995-1998. Besar besaran kita ekspor. Produknya alat musik marakas, yang digunakan setiap awal bulan Juni untuk dansa samba, setiap orang dapat 1 pasang alat musik marakas. Pertama ekspor 700 set marakas di tahun 1995 setelah itu puncaknya sampai 20.000 pasang marakas.